Dasar-Dasar Project Safety/ HSEQ
Profesi di sektor Safety & HSE didominasi oleh latar belakang multi disiplin dan salah satu konsentrasi pekerjaan yang menarik adalah di sektor ini adalah dalam menangani project. Dalam hal ini tentulah ilmu dasar project management menjadi bagian penting konsentrasi profesi di sektor disiplin ini.
Tanpa perlu melangkah lebih jauh, seseorang yang akan berkecimpung dalam menangani project perlu tahu sampai dimana project tersebut telah berjalan dan apa fungsi dirinya sebagai engineer atau specialist ataupun ahli HSE yang ditugaskan dalan project tersebut. Tidak banyak perbedaan penerapan project safety / HSE antara berbagai sektor industri untuk konsentrasi ini, hanya perlu dicocokkan dengan skup dan apa project yang dijalankan company yang dimaksud. Terminologi project management akan penulis upaya minimkan dalam artikel ini karena konsentrasi khusus untuk aspek HSEQ dan Safety saja.
Tahapan Project
Secara umum garis besar tahapan project akan terbagi dalam 5-6 langkah tergantung apakah kita akan terlibat sebagai pendukung project, pelaksana project, atau pengawas project; bahasa kerennya vendor, subcontractor, contractor, client/company, dan regulatory body.
Tahapan project secara umum – Table 1
(tahapan bisa berbeda tergantung pelaksana project dari company)
Tahap | Company
(pelaksana / pemilik project) |
Regulatory (*versi BPMIGAS) |
1 | Preliminary / Conceptual/ Initiation / Identify & Asses Opportunity / Appraise / FEL-0 | – |
2 | Feasibility / Pre-project / Select Alternative / Generate Alternative / FEL-1 | Pre-POD |
3 | Pre-FEED / Basic Engineering / Develop Preferred Alternative / Define FEL-1/2 | FEED |
4 | Detail Engineering/ FEL-3 / Execute | |
5 | EPSC / EPCI also Commissioning & Start Up | Construction |
6 | Operate | Operation |
Aktifitas utama dalam project dari sisi HSEQ / Safety
Secara umum aktifitas HSEQ yang akan berlangsung diterapkan pada tiap tahapan project akan terbagi kedalam beberapa aktifitas utama seperti :
- Hazard Identification and Impact Analysis – khusus dari sisi Safety dan Environmental akan dimulai terlebih dahulu
- Process Safety / Loss Prevention System Definition
- HSEQ Management System
- Environmental Management
- SHE & Audit
Dalam tahap 1, tentu framing and boundary project perlu ditentukan dulu dan inisiatif project perlu dicek apakah sudah sesuai company value, vision and mission serta driver yang diadopsi. Lebih jauh lagi perlu diuji apakah skup penerapan project masih tercakup dalam Management of Change saja atau memang akan berbentuk project. Bila sifatnya adalah change yang sangat besar maka perlu dianalisa lagi oleh expert team di company apakah memang akan dilakukan dalam sebuah project atau tidak. Peranan ahli Safety/HSE umumnya akan sangat terbatas akan keterlibatan dari sisi “screening review” terhadap aturan2 yang berlaku secara lokal, nasional ataupun international; kesesuaian dengan aturan dan prosedur internal perusahaan vs business drivers. Jika perlu Risk register sudah mulai dibuat sejak tahap 1.
Dalam tahap 2; peranan ahli HSE akan lebih dalam untuk mempersiapkan ijin-ijin (permit) yang diperlukan seperti UKL/UPL termasuk environmental impact analysis), technical economic dari sisi HSE untuk berbagai alternatif desain project (jika diperlukan); facility siting and plot plan selection untuk area dimana fasilitas akan dibangun; bahkan Project Execution Plan (PEP), Project HSE Plan, Risk Register, dan Philosophy project seperti inherently safer determination, process safety plan, evacuation and rescue plan, target KPI dari sisi HSEQ sebaiknya sudah dibuat termasuk mengundang dan memilih nama-nama contractor yang sekiranya mumpuni untuk terlibat dalam penyelesaian project ke depannya.
Dalam tahapan ini semua permit-permit yang penting harus diselesaikan dan plot plan sudah dapat dilihat walaupun belum lengkap dengan detail instalasi pipa, civil, instrumentasi ataupun fire protectionnya ; dokumen ini akan termasuk seleksi philosophy well control and abandonment jika diperlukan. Ijin-ijin khusus harus mulai diseleksi untuk prioritas penyelesaiannya. Barang-barang dengan jangka waktu pemesanan yang lama dan sifatnya khusus dibuat untuk company tertentu beserta selection material (long lead items) biasanya sudah mulai diidentifikasi untuk dibeli. Quality Audit dan legal review bisa mulai dilaksanakan dari tahapan ini.
Dalam tahap 3; seorang ahli HSE akan cukup sibuk ketika tahapan ini dimulai karena multidisiplin work sudah dimulai termasuk pemesanan long lead items. Berbagai dokumen dari sisi design basis, Industrial Hygiene monitoring, prosedur kerja, training, pemilihan contractor dan subcontractor akan dilihat lebih detail selain itu berbagai dokumen sebagai bukti aktifitas utama project (lihat list diatas) sudah harus diperiksa agar detail engineering dapat segera dimulai. Aktifitas Hazard Identification, Hazops, area classification, fire protection & depressurization review, ergonomic-human factor review, mustering – rescue and evacuation adalah bagian dari aktifitas keseharian ahli HSE ini. Lobi dan persetujuan ijin dari berbagai petinggi daerah sudah harus didapatkan untuk kelancaran project. Ahli HSE dari pihak regulatory, vendor, dan contractor sudah terlibat dengan aktif dengan pihak company disini.
Finalisasi beberapa contoh dokumen yang disebutkan di tahap 3 tersebut harus selesai di tahap 4, constructability review dari sisi HSE juga harus selesai. Technical review untuk manajemen system contractor ataupun project itu sendiri perlu dicek oleh tim yang independent untuk memastikan kesesuaian business driver dan basis of design
Tahap 5 adalah salah satu tahap yang menegangkan disini. Semua pekerjaan penting sudah dilaksanakan di site dan pelaksanaan pekerjaan dengan permit to work terlihat dengan jelas penerapannya. Jadwal konstruksi, start-up dan commissioning mesti disesuaikan tanpa mengorbankan waktu, kualitas dan keselamatan pekerjaan. Interaksi antar subcontractor, contractor, client dan regulatory body cukup intens dan ahli HSE mesti bisa menjadi jembatan solusi terbaik bila ada dispute masalah keselamatan lapangan, dalam hal ini mengerti akan aspek SIMOPS akan diperlukan oleh ahli HSE. Dalam hal ini ahli HSE dari company akan bekerja sama langsung dengan ahli HSE berbagai contractor yang terlibat dalam project, peranan akan lebih menjadi “bapak”, pengawas dan technical authority di dalam pelaksanaannya. Ergonomic –human factor review harus dipastikan selesai direview agar kenyamanan dan keselamatan sang operator di lapangan dapat dirasakan. Spare-parts stock, chemicals stock, certificate, claims and guarantee/warranty harus dipastikan sudah dijamin tersedia untuk proses start-up dan operasi yang akan dilakukan di tahap project selanjutnya.
Tahap 6, adalah tahapan yang ditunggu oleh company karena disini akan terlihat apakah fulus yang ditanamkan dalam project ini menghasilkan buah yang sesuai. Dokumen PSSR (Pre start up safety review) sebelum start-up dan SIMOPS mestilah selesai ditutup dan semua punch list dipastikan tidak menimbulkan dispute di kemudian hari. Training untuk semua personil yang akan terlibat dalam pengoperasian fasilitas diharapkan juga sudah selesai.
Apa saja contoh aktifitas utama project safety/HSEQ dan berbagai kasus yang biasa yang terjadi dalam tahapan project dari sisi konsentrasi Safety/HSEQ akan dibahas dalam kelanjutan artikel ini di bagian 2.
Semoga berguna – mohon maaf bila ada kesalahan.
Doha, 30 December 2012
Referensi :
- Day by day and past experiences as HSE focal point for capital and small project execution for Chevron and Qatargas.
- Manual Procedure and internal training material untuk project management di Chevron Indonesia, Qatargas, Technip, bp.
- Mailing list Migas articles untuk project management and HSE.
Author : Alvin Alfiyansyah, berdomisili bersama keluarga di Doha saat ini. Sehari-hari bekerja di Qatargas sebagai Senior Loss Prevention Engineer. Alvin meniti karir dari project sales engineer, process engineer, safety engineer, project safety engineer dan safe work champion leader untuk perusahaan nasional, contractor EPCI multinasional dan KKKS / PSC company di Indonesia. Alvin adalah mantan pengurus KMI wilayah Kaltim, anggota beberapa organisasi profesi dalam dan luar negeri. Alvin adalah lulusan Teknik Kimia Itenas Bandung, MBA – IPMI Business School Jakarta dan masih menyelesaikan program study MSc Safety & Risk Management di Heriot-Watt University, UK.